Jumat, 25 Juli 2008

Ahmad Heryawan, Gubernur Jawa Barat

H. Ahmad Heryawan Lc (lahir di Sukabumi pada 19 Juni 1966) adalah seorang politikus Indonesia. Ia adalah Gubernur Jawa Barat terpilih untuk periode 2008-2013 sebagai calon yang diusung Partai Keadilan Sejahtera bersama dengan wakilnya Dede Yusuf, pemeran Indonesia dan anggota DPR dari PAN, yang diusung oleh partainya sendiri. Selain menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Umat Islam (PUI) (2004-sekarang), Heryawan menjabat Wakil Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta periode 2004-2009. Pendidikan dari tingkat SD sampai dengan SMA diselesaikan di Sukabumi, sedangkan tingkat sarjana diselesaikan di Fakultas Syariah LIPIA Jakarta pada tahun 1992.

Selain sebagai politikus dan muballigh, Heryawan pernah aktif mengajar di beberapa perguruan tinggi (sebelum menjadi anggota DPRD DKI Jakarta tahun 1999). Saat ini ia juga aktif membina di beberapa yayasan yang bergerak di bidang sosial, pemberdayaan masyarakat dan lingkungan.


Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Heryawan


Kamis, 24 Juli 2008

Bahasa Sunda

Bahasa Sunda dituturkan oleh sekitar 27 juta orang dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa. Sesuai dengan sejarah kebudayaannya, bahasa Sunda dituturkan di provinsi Banten khususnya di kawasan selatan provinsi tersebut, sebagian besar wilayah Jawa Barat (kecuali kawasan pantura yang merupakan daerah tujuan urbanisasi dimana penutur bahasa ini semakin berkurang), dan melebar hingga batas Kali Pemali (Cipamali) di wilayah Brebes, Jawa Tengah.

Dialek Bahasa Sunda

Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda juga beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda[1]. Dialek-dialek ini adalah:

  • Dialek Barat
  • Dialek Utara
  • Dialek Selatan
  • Dialek Tengah Timur
  • Dialek Timur Laut
  • Dialek Tenggara

Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten selatan[2]. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa bagian Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di sekitar Majalengka. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kuningan, dialek ini juga dipertuturkan di beberapa bagian Brebes, Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis.

Sejarah dan Penyebaran

Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah Tatar Sunda. Namun bahasa Sunda juga dipertuturkan di Jawa Tengah. Di Jawa Tengah bahasa Sunda terutama dituturkan di kabupaten Brebes dan Cilacap. Terutama banyak nama-nama tempat di Cilacap ini yang masih merupakan nama Sunda dan bukan nama Jawa seperti kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu dan sebagainya. Ironisnya nama Cilacap banyak yang menentang bahwa ini merupakan nama Sunda. Mereka berpendapat bahwa nama ini merupakan nama Jawa yang "disundakan". Sebab pada abad ke-19, nama ini seringkali ditulis sebagai "Clacap".

Selain itu menurut beberapa pakar, konon bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sunda

Rabu, 23 Juli 2008

Prabu Siliwangi (bagian II )

Pengaruh islamisasi terhadap Dinasti Sang Prabu Siliwangi tidak dapat dilepaskan hubungan dengan pengaruh Islam di luar negeri. Di Timur Tengah, Fatimiyah (1171) dan Abbasiyah (1258) memang sudah tiada digantikan oleh kekuasaan Mamluk di Mesir dan Mongol di Baghdad. Namun pada kelanjutan Dinasti Khu Bilai Khan, Mongol pun memeluk Islam. Kemudian membangun kekaisaran Mongol Islam di India.

Perkembangan kekuasaan politik Islam di Timur Tengah di bawah Turki semakin berjaya. Konstantinopel dapat dikuasainya (1453). Di Cina Dinasti Ming (1363-1644) memberikan kesempatan orang-orang Islam untuk duduk dalam pemerintahan. Antara lain Laksamana Muslim Cheng Ho ditugaskan oleh Kaisar Yung Lo memimpin misi muhibah ke-36 negara. Antara lain ke Timur Tengah dan Nusantara (1405-1430). Membawa pasukan muslim 27.000 dengan 62 kapal. Demikian penuturan Lee Khoon Choy, dalam Indonesia Between Myth and Reality. Di Cirebon Laksmana Cheng Ho membangun mercusuar. Di Semarang mendirikan Kelenteng Sam Po Kong.

Misi muhibah Laksamana Cheng Ho tidak melakukan perampokan atau penjajahan. Bahkan memberikan bantuan membangun sesuatu yang diperlukan oleh wilayah yang didatanginya. Seperti Cirebon dengan mercusuarnya. Oleh karena itu, kedatangan Laksamana Cheng Ho disambut gembira oleh Ki Gedeng Tapa sebagai Syahbandar Cirebon.

Perubahan tatanan dunia politik dan ekonomi yang dipengaruhi oleh Islam seperti di atas, berdampak besar dalam keluarga Sang Prabu Siliwangi. Terutama sekali pengaruhnya terhadap Ki Gedeng Tapa sebagai Syahbandar di Cirebon.

Karena sangat banyak kapal niaga muslim yang berlabuh di pelabuhan Cirebon, kapal niaga dari India Islam, Timur Tengah Islam dan Cina Islam. Pembangunan mercusuar di pelabuhan Cirebon memungkinkan tumbuhnya rasa simpati Ki Gedeng Tapa sebagai Syahbandar Cirebon terhadap Islam. Dapat dilihat dari putrinya Subang Larang, sebelum dinikahkan dengan Sang Prabu Siliwangi, dipesantrenkan terlebih dahulu ke Syekh Kuro. Di bawah kondisi keluarga dan pengaruh eksternal yang demikian ini, putra putri Sang Prabu Siliwangi mencoba lebih mendalami Islam dengan berguru ke Syekh Datuk Kahfi dan Naik Haji.

Gunung dan guru

Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari kelanjutannya menuturkan, setiap dalam upaya pencarian guru pasti tempat tinggalnya ada di Gunung. Tampaknya sudah menjadi rumus, para Guru Besar Agama atau Nabi selalu berada di Gunung. Dapat kita baca Rasulullah saw juga menerima wahyu Al Quran dan diangkat sebagai Rasul di Jabal Nur. Jauh sebelumnya, Nabi Adam as dijumpakan kembali dengan Siti Hawa ra, di Jabal Rahmah.

Tempat pendaratan Kapal Nuh as setelah banjir mereda di Jabal Hud. Pengangkatan Musa as sebagai Nabi di Jabal Tursina. Demikian pula Wali Sanga selalu terkait aktivitas dakwah atau ma kamnya dengan gunung. Tidak berbeda dengan kisah islamisasi putra putri Prabu Siliwangi erat hubungannya dengan guru-guru yang berada di gunung.

Subang Larang tidak mungkin mengajari Islam putra putrinya sendiri di istana Pakuan Pajajaran. Diizinkan putra pertamanya Pangeran Walangsungsang untuk berguru ke Syekh Datuk Kahfi di Gunung Amparan Jati. Di sini Pangeran Walangsungsang diberi nama Samadullah.

Walaupun demikian Pangeran Walangsungsang harus pula berguru kedua guru Sanghyang Naga di Gunung Ciangkap dan Nagagini di Gunung Cangak. Di sini Pangeran Walangsungsang diberikan gelar Kamadullah. Di Gunung Cangak ini pula berhasil mengalahkan Raja Bango. Pangeran Walangsungsang diberi gelar baru lagi Raden Kuncung. Dari data yang demikian, penambahan atau pergantian nama memiliki pengertian sebagai ijazah lulus dan wisuda dari studi di suatu perguruan.

Dengan cara yang sama Lara Santang harus pula mengaji ke Syekh Datuk Kahfi Cirebon. Dalam Naskah Babad Cirebon dikisahkan Lara Santang sebelum sampai ke Cirebon, berguru terlebih dahulu ke Nyai Ajar Sekati di Gunung Tangkuban Perahu. Kemudian menyusul berguru ke Ajar Cilawung di Gunung Cilawung. Di sini setelah lulus diberi nama Nyai Eling.

Naik haji

Atas anjuran Syekh Datuk Kahfi agar Pangeran Walangsungsang dan Lara Santang Naik Haji. Ternyata dalam masa Ibadah Haji di Makkah, Lara Santang dipersunting oleh Maolana Sultan Mahmud disebut pula Syarif Abdullah dari Mesir. Lara Santang setelah haji dikenal dengan nama Syarif Mudaim. Dari pernikahannya dengan Syarif Abdullah, lahir putranya, Syarif Hidayatullah pada 12 Mualid 1448 dikenal pula setelah wafat dengan nama Sunan Gunung Jati. Dan putra kedua adalah Syarif Nurullah.

Walangsungsang setelah haji, dikenal dengan nama Haji Abdullah Iman. Karena sebagai Kuwu di Pakungwati, dikenal dengan nama Cakrabuana. Prestasi Cakrabuana yang demikian menarik perhatian Sang Prabu Siliwangi, diberi gelar Sri Mangana. Pengakuan Sang Prabu Siliwangi yang demikian ini, menjadikan adik Walangsungsang atau Cakrabuana, yakni Raja Sangara masuk Islam dan naik haji kemudian berubah nama menjadi Haji Mansur.

Untuk lebih lengkapnya kisah islamisasi Dinasti Sang Prabu Siliwangi, dapat dibaca pada Dr. H. Dadan Wildan M.Hum, Sunan Gunung Jati Antara Fiksi dan Fakta.

Silsilah Prabu Siliwangi

Kembali ke masalah pokok artikel saya di atas ini. Suatu artikel yang saya angkat dari karya Dr. H. Dadan Wildan M.Hum. Bagi saya sejarah Prabu Siliwangi merupakan belukar yang sukar saya pahami. Dari karya Dr. H. Dadan Wildan M.Hum ada bagian sangat menarik, Carita Purwaka Caruban Nagari-CPCN karya Pangeran Arya Cerbon 1720. Diangkat dari terjemahannya karya Pangeran Sulendraningrat (1972), dan Drs. Atja (1986).

Prabu Siliwangi seorang raja besar dari Pakuan Pajajaran. Putra dari Prabu Anggalarang dari dinasti Galuh yang berkuasa di Surawisesa atau Kraton Galuh. Pada masa mudanya dikenal dengan nama Raden Pamanah Rasa. Diasuh oleh Ki Gedeng Sindangkasih, seorang juru pelabuhan Muara Jati.

Istri pertama adalah Nyi Ambetkasih, putri dari Ki Gedengkasih. Istri kedua, Nyai Subang Larang putri dari Ki Gedeng Tapa. Ketiga, Aciputih Putri dari Ki Dampu Awang.

Selain itu, CPCN juga menuturkan silsilah Prabu Siliwangi sebagai ke turunan ke-12 dari Maharaja Adimulia. Selanjutnya bila diurut dari bawah ke atas, Prabu Siliwangi (12) adalah putra dari (11) Prabu Anggalarang, (10) Prabu Mundingkati (9) Prabu Banyakwangi (8) Banyaklarang (7) Prabu Susuk tunggal (6) Prabu Wastukencana (5) Prabu Linggawesi (4) Prabu Linggahiyang (3) Sri Ratu Purbasari (2) Prabu Ciungwanara (1) Maharaja Adimulia. Sudah menjadi tradisi penulisan silsilah, hanya menuliskan urutan nama. Tidak dituturkan peristiwa apa yang dihadapi pada zaman pelaku sejarah yang menyangdang nama-nama tersebut. Kadang-kadang juga disebut makamnya di mana.

Pengenalan Islam

Adapun Dinasti Prabu Siliwangi yang masuk Islam adalah dari garis ibu, Subang Larang. Dapat dipastikan dari Subang Larang ajaran Islam mulai dikenal oleh putra-putrinya. Walaupun Subang Larang sebagai putri Ki Gedeng Taparaja Singapora bawahan dari Kerajaan Pajajaran. Namun Subang Larang adalah murid dari Syekh Hasanuddin atau dikenal pula sebagai Syekh Kuro.

Adapun putra pertama adalah Walangsungsang. Kedua, putri Nyai Larang Santang. Ketiga, Raja Sangara. Tidak mungkin Subang Larang dengan bebas membelajarkan ajaran Islam secara terbuka dalam lingkungan istana. Oleh karena itu, Walangsungsang, mempelopori meninggalkan istana dan berguru kepada Syekh Datuk Kahfi di Gunung Amparan Jati di Cirebon. Syekh Datuk Kahfi dikenal pula dengan nama Syekh Nuruljati.

Dalam pengajian dengan Syekh Nurjati, diwisuda dengan ditandai pergantian nama menjadi Ki Somadullah. Kemudian membuka pedukuhan baru, Kebon Pesisir. Kelanjutannya menikah dengan Nyai Kencana Larang putri Ki Gedeng Alang Alang. Dari sini memperoleh gelar baru Ki Wirabumi.***

Sumber : http://su.wikipedia.org/wiki/Obrolan:Prabu_Siliwangi

Selasa, 22 Juli 2008

Prabu Siliwangi (bagian I )

Islamisasi Dinasti Prabu Siliwangi
Oleh AHMAD MANSUR SURYANEGARA

DINASTI Sang Prabu Siliwangi pada abad ke-15, menjadikan Islam sebagai agamanya secara aman dan damai. Diawali dengan sebab adanya pernikahan kedua Sang Prabu Siliwangi dengan Subang Larang putri Ki Gedeng Tapa, Syah Bandar Cirebon. Subang Larang adalah santri Syekh Kuro atau Syekh Hasanuddin dengan pesantrennya di Karawang. Dinasti Sang Prabu Siliwangi dari pernikahannya dengan Subang Larang, terlahirlah tiga orang putra putri. Pertama, Pangeran Walangsungsang, kedua, Nyai Lara Santang dan ketiga Raja Sangara. Ketiga-tiganya masuk Islam.

Pesantren Syekh Kuro

Syekh Kuro yang dikenal pula dengan nama Syekh Hasanuddin, memegang peranan penting dalam masuknya pengaruh ajaran Islam ke keluarga Sang Prabu Siliwangi. Persahabatan Ki Gedeng Tapa dengan Syekh Kuro, menjadikan putrinya, Subang Larang masantren di Pesantren Syekh Kuro. Adapun kedudukan Ki Gedeng Tapa adalah sebagai Syahbandar di Cirebon. Menggantikan Ki Gedeng Sindangkasih setelah wafat. Ki Gedeng Tapa dikenal pula dengan nama Ki Gedeng Jumajan Jati.

Dalam Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari-CPCN karya Pangeran Arya Cirebon yang ditulis (1720) atas dasar Negarakerta Bumi, menuturkan bahwa Ki Gedeng Sinangkasih memiliki kewenangan yang besar. Tidak hanya sebagai Syahbandar di Cirebon semata. Ternyata juga memiliki kewenangan mengangkat menantunya, Raden Pamanah Rasa sebagai Maharaja Pakwan Pajajaran dengan gelar Sang Prabu Siliwangi.

Adapun istri pertama Sang Prabu Siliwangi adalah Nyi Ambet Kasih putri kandung Ki Gedeng Sindangkasih. Istri kedua, Subang Larang putri Ki Gedeng Tapa. Isteri ketiga, Nyai Aciputih Putri dari Ki Dampu Awang.

Dari peristiwa pergantian kedudukan di atas ini, antara Ki Gedeng Tapa dan Sang Prabu Siliwangi memiliki kesamaan pewarisan. Keduanya memperoleh kekuasaan berasal dari Ki Gedeng Sindangkasih setelah wafat. Hubungan antara keduanya dikuatkan dengan pertalian pernikahan. Sang Prabu Siliwangi mempersunting putri Ki Gedeng Tapa yakni Subang Larang. Dengan demikian Sang Prabu Siliwangi adalah menantu Ki Gedeng Tapa.

Pernikahan di atas ini, mempunyai pengaruh yang besar terhadap kekuasaan politik yang sedang diemban oleh Sang Prabu Siliwangi. Tidaklah mungkin kelancaran kehidupan Kerajaan Hindu Pajajaran, tanpa kerja sama ekonomi dengan Syahbandar Cirebon, Ki Gedeng Tapa. Begitu pula sebaliknya, Ki Gedeng Tapa tidak mungkin aman kekuasaannya sebagai Syahbandar, bila tanpa perlindungan politik dari Sang Prabu Siliwangi. Guna memperkuat power of relation antar keduanya, maka diikat dengan tali pernikahan.

Sumber : http://su.wikipedia.org/wiki/Obrolan:Prabu_Siliwangi

Senin, 21 Juli 2008

Lutung Kasarung

Lutung Kasarung is a legend among Sundanese people, Indonesia. The folklore tells about a life of a beautiful princes, in the era of Pasir Batang kingdom, a vassal of Sunda kingdom, facing evil of her older sister willing to seize her right as a crown princes. The story was made a movie by Dutch colonialist with a title "Loetoeng Kasaroeng". It is the first movie taken from local story. This movie was released in 1927 by NV Java Film Company in Bandung from 31 December 1926 to 6 January 1927 at Elite and Oriental Bioscoop (Majestic) [1]. The legend had also been written by Dutch artist, Tilly Dalton and the copy of his writing had been donated to KITLV, Leiden, Holand. [2]

This legend originates from a Sundanese oral tradition called Pantun Sunda[3], which then transferred into books written by some Sundanese writers, both in Sundanese and Indonesian[4].

King of Pasir Batang, Prabu Tapa Agung, was old. He had two daughters, Purbararang and Purbasari. Prabu Tapa Agung planned to retire as a king. He wanted Purbasari to replace him as a king. Hearing this, Purbararang was angry because she is older than Purbasari.

But the king still selected Purbasari to be the next king. Purbararang then set a bad plan with her fiance, Indrajaya. Together they went to a witch and asked her to put a spell on Purbasari. Later, Purbasari had bad skin. There were black dots all over her body. Purbararang expelled Purbasari to a jungle.

With sadness, Purbasari had to stay in the jungle. Everyday she spent her time playing with some animals there. There was one monkey that always tried to cheer her up. It was not just an ordinary monkey, he had magical power. And he also could talk with humans. The monkey's name was Lutung Kasarung.

Lutung Kasarung planned to help Purbasari. He made a small lake and asked her to take a bath there. Amazingly, her bad skin was cured. Now she got her beautiful skin back. After that, she asked Lutung Kasarung to accompany her to go back to the palace.

Purbararang was very shocked. She come up with another bad idea. She asked Prabu Tapa Agung to select who has longer hair as a king. The king then measured his daughters' hair. Purbasari had longer hair. But Purbararang did not give up. She asked Prabu Tapa Agung to choose who has more handsome finace as a king. Purbararang was sure that she would win the competition because Purbasari did not have a fiance yet. Purbasari was sad. Lutung Kasarung came forward. Suddenly, Lutung Kasarung changed into a very a handsome man. He said that he is actually Guruminda, a son of Sunan Ambu, the God of ancient Sundanese, and want to marry Purbasari. Guruminda was even more handsome than Indrajaya. Prabu Tapa Agung then selected Purbasari as a king. She forgave Purbararang and her fiance and let them stay in the palace.

sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Lutung_Kasarung

Minggu, 20 Juli 2008

The Legend of Sangkuriang

Sangkuriang is a legend among Sundanese people, Indonesia. The legend tells about the creation of lake Bandung, Mount Tangkuban Parahu, Mount Burangrang and Mount Bukit Tunggul.

From the legend, we can determine how long Sundanese have been living in Java island. From the legend supported by geological fact, it is predicted that Sundanese have been living in Java island since thousand years B.C.

The legend of Sangkuriang was almost certainly a story of oral tradition before being written. The first written reference to Sangkuriang legend appeared in in Bujangga Manik manuscript written in palm leaves coming from the last of the 15th century or the early of the sixteenth century AD. Prince Jaya Pakuan alias Prince Bujangga Manik or prince Ameng Layaran visited all of the holly Hindu sites in Java island and Bali island at the last of the 15th century AD. Using palm leaves, he described his travel in archaic Sundanese. His palm manuscript was taken to England by an Englishmen and put at the Bodleian library, Oxford, in 1627.[1]

After a long journey, Bujangga Manik arrived at current Bandung city area. He is the first eyewitness reported the area. Here is his report:

Leumpang aing ka baratkeun (I walked forward to the west)
datang ka Bukit Patenggeng (arriving at Mount Patenggeng)
Sakakala Sang Kuriang (where the legend of Sang Kuriang is)
Masa dek nyitu Ci tarum (in which he would dam Citarum river)
Burung tembey kasiangan (he failed because a new day came)

Based on the legend, Sangkuriang had been separated by his mother, Dayang Sumbi, since his childhood. Yet, he was destined to meet his mother again. On his way home, he stopped at a small village and met and felt in love with a beautiful girl. He didn't realise that the village was his homeland and the beautiful girl was his own mother. They loved each other and discussed their wedding plan.

One day before the planned wedding, as Dayang Sumbi suddenly saw the scar on the head of Sangkuriang. She realized she had been in love with her own son who had left her twenty years ago. Horror stuck her, how could she marry her own son. She revealed the whole truth and persuade Sangkuriang to forget the marriage. But Sangkuring didn’t believe the truth and insisted at implementing the planned wedding. Dayang Sumbi set the impossible conditions that she would marry Sangkuriang if he provide her with a great lake by filling the whole valley by water and build a boat for them to sail in, all in one night. Sangkuriang accepted the condition. With the help of some guriangs (heavenly spirit / god in ancient Sundanese belief), he dammed Citarum river with landslides. The water of the river rose and filled the plain changing it into a lake. A big tree was cut to make a boat.

When the dawn was just to come, the boat was almost complete. Dayang Sumbi realized that Sangkuriang would fulfill the condition she had set. Then she prayed to the mighty God to help her preventing the disgrace of a marriage between a mother and a son. With a wave of her supernatural shawl, she lit up the eastern horizon with flashes of light. Deceived by false dawn, cocks crowed and farmers rose for the new day.

Sangkuring thought that his endeavour failed. With all his anger, he kicked the boat he was making. The boat felt over and upside down, and it become mount Tangkuban Parahu (in Sundanese, tangkuban means upturned or upside down, and parahu means boat). The file of leftover woods for the boat became Mt. Burangrang and the rest of the big tree became Mount Bukit Tunggul. Meanwhile the lake became lake Bandung (lit. dam).

Centuries later the inhabitants of Bandung city knew by tradition of the existence of a former lake Bandung and the establishment of Mount Tangkuban Parahu. Not knowing anything of geology, but living under the taboos of spirits, ghosts, and gods, geologic facts were put together in a tale which was understandable, according to popular beliefs.

sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/Sangkuriang

Sabtu, 12 Juli 2008

Kota Sukabumi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak 115 km sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Sukabumi. Kota Sukabumi terdiri atas 7 kecamatan.

Etimologi
Nama kota Sukabumi berasal dari bahasa Sunda, yaitu Suka-Bumen. Menurut keterangan, mengingat udaranya yang sejuk dan nyaman, mereka yang datang ke daerah ini tidak ingin untuk pindah lagi karena suka/senang bumen-bumen atau bertempat tinggal di daerah ini. Secara administratif Sukabumi terdiri dari daerah Kota dan Daerah Kabupaten. Kabupaten Sukabumi beribukota di Pelabuhan Ratu.

Sejarah
Pada tahun 1914, pemerintah Hindia Belanda menjadikan kota Sukabumi sebagai Burgerlijk Bestuur dengan status Gemeente dengan alasan bahwa di kota ini banyak berdiam orang-orang Belanda dan Eropa pemilik perkebunan-perkebunan yang berada di daerah Kabupaten Sukabumi bagian selatan yang harus mendapatkan pengurusan dan pelayanan yang istimewa.

Sukabumi adalah pusat kegiatan wilayah Jawa Barat selatan (Sukabumi, Cianjur). Sukabumi memiliki pusat perbelanjaan besar yaitu Mayyofield Mall Sukabumi, Sukabumi Indah Plaza (Giant), Ramayana Plaza, Yogya Plaza, Capitol Plaza, dan Sukabumi Shopping Center.

Tempat jajanan terkenal seperti Pizza Hut, McDonald's, Dunkin Donuts, A&W,Bandros Ata, KFC, Lotek Cimanggah, Bandrek BP, dan sepanjang jalan Ciwangi.

Ekonomi
Sejak ditetapkannya Sukabumi menjadi Daerah Otonom pada bulan Mei 1926 maka resmi diangkat “Burgemeester” yaitu Mr. G.F. Rambonnet. Pada masa inilah dibangun Stasiun Kereta Api, Mesjid Agung, gereja Kristen; Pantekosta; Katholik; Bethel; HKBP; Pasundan, pembangkit listrik Ubrug; centrale (Gardu Induk) Cipoho, Sekolah Polisi Gubermen yang berdekatan dengan lembaga pendidikan Islam tradisionil Gunung Puyuh. Setelah Mr. G.F. Rambonnet memerintah ada tiga “Burgemeester” sebagai penggantinya yaitu Mr. W.M. Ouwekerk, Mr. A.L.A. van Unen dan Mr. W.J.Ph. van Waning.

Pendidikan
Di Kota ini telah berdiri perguruan tinggi yaitu Politeknik Sukabumi, Universitas Muhammadyah Sukabumi ( UMMI ), Sekolah Tinggi Teknologi Nusa Putra, Lembaga Pendidikan Informatika Nusa Putra, Lembaga Pendidikan Film dan Televisi Nusa Putra. Selain itu telah berdiri sekolah ungulan SMKN2 Sukabumi ( dahulu SMEA NEGERI Sukabumi ) yang juara nasional lomba sekolah sehat. Selain terdapat sekolah unggulan tingkat SMA, Kota Sukabumi juga memiliki Politeknik Sukabumi yang memiliki keunggulan khsusnya dibidang engineering antara lain Fasilitas Lab.Komputer yang lengkap dengan ditunjang sertifikasi-sertifikasi baik skala nasional maupun internasional seperti Cisco Networking Academy Program (CCNA), Java Education for Network Indonesia, KKPI dan sedang dibangun kerjasama lain dengan pihak vendor IT (Sun Microsystem, Microsoft dst). Mahasiswa diberikan pengalaman kuliah online (via teleconference) dengan perguruan tinggi lain di Indonesia dan sekarang lagi memasuki untuk gabung dengan program SEAMOLEC (South East Asian Ministry Open Learning Center) suatu program pendidikan bersama antara perguruan tinggi se-asia tenggara.

Sumber : http://id.wikipedia.org

Sukabumi City | Jawa Barat | Indonesia

Sukabumi City | Jawa Barat | Indonesia

Dear blogger,..

Setelah hasil musyawarah dan mufakat dipilihlah penanggung jawab dari pariwisata12 ini untuk meriset dan mengembangkan domain2 yang ada ini Sukabumi City untuk mensukseskan program pariwisata Indonesia pada umumnya baik secara nasional maupun International serta mengangkat potensi wilayah tersebut agar lebih maju dan dikenal diseluruh dunia, karena banyak potensi2 yang saat ini belum tergali dan terekspose secara luas baik secara media maupun dunia maya sekalipun. Maka disinilah kami mengajak kepada para blogger untuk berpartisipasi mengangkat Sukabumi City untuk dapat eksistensi secara nasional maupun International